Rabu, 05 Juni 2013

Resume Microsoft Excel (fungsi statistika dalam Excel)

Microsoft Excel adalah Program aplikasi pada Microsoft Office yang digunakan dalam pengolahan angka, terdiri dari lembar kerja (Worksheet). Microsoft Excel merupakan aplikasi untuk mengolah data secara otomatis yang dapat berupa perhitungan dasar, rumus, pemakaian fungsi-fungsi, pengolahan data dan tabel, pembuatan grafik dan menajemen data.
Function (fungsi) adalah sederetan atau sekumpulan formula yang sudah disediakan oleh Excel untuk melakukan operasi tertentu dengan menggunakan nilai yang disebut argument. Fungsi statistik merupakan fungsi dalam Microsoft excel yang digunakan untuk menjumlah total nilai,mencari nilai rata-rata,mencari jumlah data,ataupun mencari nilai maksimum dan minimum.

Berikut ini merupakan fungsi statistic dalam Microsoft excel yang sering digunakan dalam pekerjaan :


1.   Average
  Merupakan rumus yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata dari suatu range argument yang berisi   angka
   Rumus dasar : =AVERAGE (number1;number 2; number …)


   contoh :  menghitung nilai rata-rata nilai biostatistika parametrik kelas A


   langkah-langkah yang dilakukan :

      a.    masukkan data yang akan dicari rata-ratanya



b. masukkan rumus kedalam formula bar


        c.  lalu hasil rata-rata yang dicari akan keluar

2. Sum
  Merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung total dari jumlah data yang ada

   Rumus dasar : = SUM ( number 1; number 2; number …)

   contoh : menghitung  jumlah keseluruhan berat badan anak kos Mastrib 3 34 A

   langkah-langkah :


     a.       masukkan data yang akan jumlah



b.       masukkan rumus kedalam formula bar


c.       lalu hasil penjumlahan yang dicari akan muncul


3.   Max
       Merupakan rumus yang digunakan dalam menentukan bilangan dengan nilai yang tertinggi dari sejumlah                  data.

      Rumus dasar : =MAX ( number 1… number 2… )


      contoh : ingin mengetahui berat badan yang paling besar di kos Mastrib 3 34A



       langkah-langah :

       a.  masukkan data yang ingin dicari nilai terbesar


         b.  masukkan rumus dalam formula bar


        c.   lalu hasil yang akan dicari akan muncul

                 
            dari gambar di atas diketahui bahwa nilai terbesar adalah 49

 4.  Min

 merupakan rumus yang digunakan dalam menentukan bilangan dengan nilai yang terendah dari sejumlah    data.

 Rumus dasar : =MIN ( number1;number2)


 contoh : ingin mengetahui berat badan terkecil di kos mastrib 3 34A



    langkah-langkah :
       a.   masukkan data yang ingin dicari nilai terkecil


        b.    masukkan rumus dalam formula bar


         c.    lalu hasil akan muncul

dapat diketahui bahwa dari data tersebut, yang mempunyai nilai terkecil adalah 40
5.  Median

merupakan rumus yang digunakan dalam mencari median ( bilangan tengah ) di dalam sekumpulan data.

Rumus dasar : =MEDIAN (number1;number2;number 3)

contoh : ingin mengetahui kadar Hb dari pasien demam berdarah


 langkah-langkah :

       a.   masukkan data yang akan di cari median




       b.   masukkan rumus dalam formula bar


         c.   lalu akan muncul hasil median


 6.  Mode
      merupakan rumus yang digunakan dalam mencari modus (bilangan yang sering muncul ) didalam sekupulan data yang diberikan.

 Rumus dasar :  =MODE(number1..number2)

contoh : ingin mengetahui nilai matematika yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas 2 SD Wirowongso Jember


  langkah-langkah :


       a.   masukkan data yang akan dicari nilai modus


        b.  masukkan rumus kedalam formula bar

          c.  lalu akan muncul hasil yang di inginkan


 7.  Var
   merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besar perkiraan varian pada suatu sample.
   Rumus dasar : =VAR(number1;number 2)

   contoh : ingin mengetahui besar perkiraan sampel pada penelitian penggunaan alat kontrasepsi


   langkah-langkah


        a.   masukkan data sampel yang akan dicari



         b.    masukkan rumus dalam formula bar


        c.   lalu akan muncul besar sampel yang akan dicari


Selasa, 14 Mei 2013

Epidemiologi Malaria

         Malaria masih merupakan masalah kesehatan di negara tropis, dengan perkiraan sekitar 40% penduduk dunia maish mengidap malaria. penyakit malaria masih juga merupakan masalah kesehatan global, karena menyebabkan kematian dan mengakibatkan dampak sosial ekonomi besar terutama penduduk miskin yang bermukim di negara-negara sedang berkembang endemic malaria.

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Di Indonesia malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian tertinggi terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas kerja.

secara segitiga epidemiologi penyakit malaria dapat diuraikan sebagai berikut :


    1.      Agent
     penyakit malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia yang secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium sebagai penyebab malaria  yaitu :

a.       plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian. Plasmodium jenis ini memiliki masa inkubasi selama 9 – 14 hari.
b.      plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
Malaria tertiana dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi). Plasmodium jenis ini memiliki masa inkubasi selama 12 – 17 hari
c.       plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana
memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
d.      plasmodium ovale
penyakit Malaria dengan gejala yang hampir  serupa dengan Malaria Tertiana. Plasmodium jenis ini memiliki masa inkubasi selama 16 – 18 har



2. Host
      setiap manusia dapat terkena malaria. Selain itu plasmodium juga dapat menginfeksi hewan seperti anjing, kuda dan sapi. Host yang sangat rentan terhadap malaria adalah ibu hamil dan anak-anak karena dapat menyebabkan kematian. penduduk yang tinggal di daerah endemik malaria lebih jebal terhadap malaria di daerahnya, karena memperoleh kekebalan alami. adanya faktor genetik yang protektif terhadap malaria adalah kelainan hemoglobin misal : thalasemia dan hemoglibinopati.

3. Environment
       a. suhu
     Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu optimum berkisar antara 20-30ºC. makin tinggi suhu ( sampai batas tertentu ) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsi
    b.      Kelembaban
      Kelembapan akan memperpendek umur nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk akan menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan manusia
    c. Hujan
     Pada umumnya hujan akan mempermudah perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vector dan jenis perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk anopheles
d.      Ketinggian
     Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian  di atas 2000 m  jarag terjadi transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El-nino.
e.       Angin
      Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia
f.       Sinar matahari
     Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda tergantung jenis spesies. Ex : An. Sundaicus suka ditempat teduh, An. Hyrcanus spp dan An. Pinctulatus spp lebih menyukai tempat terbuka
g.      Arus air
      Pengaruh arus air tergantung kepada jenis spesies anopheles. An. Barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat sedangakan An. Minimus menyukai aliran air yang deras dan An. Letifer menyukai air tergenang.
h.      Kadar garam
     An. Sudaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% ke atas.

ini dia jenis anopheles yang harus diwaspadai di Indonesia !



ada beberapa jenis Anopheles yang harus diwaspadai sebagai malaria di Indonesia :

a.       Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.

b.      Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vector pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.

c.       Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.

d.      Anopheles maculates
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.

e.       Anopheles subpictus
Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu :
1.      Anopheles subpictus malayensis
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi
2.      Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti

f.        Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.

g.      Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.

Sabtu, 11 Mei 2013

Sekilas Mengenai Bulan K3

bulan k3 diperingati dari tanggal 12 Januari sampai dengan tanggal 12 Februari. berikut ini sedikit ulasan mengenai bulan k3 :

  1. peringatan bulan k3 di koordinir oleh depnakertrans dirayakan secara mencolok, ketua panitian biasanya menteri bahkan tidak jarang presiden.
  2. bulan k3 bertujuan untuk mengingatkan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan keselamatan kerja karyawan dan mencegah kecelakaan fatal di tempat kerja
  3. setelah 41 tahun dicanangkan bulan k3, pemerintah masih kekurangan personil untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang terkait k3.
  4. sudah 41 tahun dicanangkan bulan k3, pemerintah masih dihadapkan pada pejabat yang terlibat korupsi, kolusi nepotisme dengan pemilik perusahaan.
  5. kurangnya disiplin diantara pekerja dan pemilik perusahaan menyebabkan makin meningkatnya jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
demikian ulasan mengenai bulan k3, semoga bermanfaat.. " Utamakan Keselamatan di jalan dan di tempat kerja!"

epidemiologi Kesehatan Reproduksi


EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI
Oleh:
Ni’mal Baroya, MPH.
Dosen Bagian Epidemilogi dan Biostatistika Kependudukan

1.   Pengertian dan Ruang Lingkup
Pemahaman tentang epidemiologi kesehatan reproduksi perlu dilandasi pemahaman tentang epidemiologi yang utuh. Secara singkat, epidemiologi didefinisikan sebagai studi tentang pola penyakit, kesehatan dan perilaku manusia. Seorang epidemiolog, akan mampu menjawab pertanyaan penelitian dengan cara mengklasifikasi individu ke dalam satu atau lebih kelompok yang berbeda kemudian menilai perbedaan diantara kelompok tersebut. Dengan demikian, Epidemiologi kesehatan reproduksi merupakan aplikasi dari studi epidemiologi dalam mengkaji risiko perilaku, lingkungan dan perawatan kesehatan terhadap sistem reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan serta  risiko terhadap kesehatan anak yang dilahirkannya. Jadi, epidemiologi kesehatan reproduksi lebih banyak menjangkau ranah penelitian.
Kesehatan reproduksi manusia dimulai dari pertumbuhan dan perkembangan seksual yang terwujud dalam masa pubertas, dan akan berlangsung terus sepanjang hidupnya pada laki-laki dan pada perempuan akan berakhir pada masa menopause. Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh fertilitas dan pengambilan keputusan tentang aktivitas seksual, kehamilan dan pemakaian kontrasepsi. Secara mendetail, Kiely (1990) menjelaskan lingkup kajian epidemiologi kesehatan reproduksi sebagai berikut:
a.    Perkembangan anak dan masa pubertas, peneliti epidemiologi reproduksi mengeksplorasi faktor risiko terjadinya kelahiran di usia dini, kehamilan yang tidak diinginkan baik konsekuensi pada aspek kesehatan maupun sosial. Salah satu tantangan besar para epidemiolog reproduksi di negara maju adalah mengidentifikasi faktor risiko yang bisa dicegah terhadap terjadinya melahirkan di usia dini, sejak angka fertilitas di kalangan remaja di negara-negara tersebut meningkat. Investigasi pada permasalahan ini termasuk menggali alasan pada akses dan pemanfaatan metode perencanaan kelahiran yang berbeda serta kesehatan bayi yang dilahirkan ibu yang masih remaja.
b.    Akses dan pemanfaatan perawatan kehamilan. Secara konsisten, hasil penelitian telah menemukan bahwa bayi yang dilahirkan ibu yang mendapat perawatan kehamilan sejak dini (usia trimester pertama) dan yang mendapatkan perawatan kehamilan yang adekuat (diukur berdasarkan jumlah kunjungan ke perawatan kehamilan) mempunyai risiko lebih rendah untuk terjadi berat bayi lahir rendah  dan kematian perinatal. Meskipun belum jelas bagaimana keuntungan ini berhubungan dengan faktor individu perempuan yang mendapat perawatan kehamilan lebih dini dan adekuat dan bagaimana hubungannya dengan macam dan kualitas pelayanan yang diterima. Salah satu ranah penelitian terbaru adalah mengkaji komponen perawatan kehamilan  untuk menguji perbedaan insiden kesakitan dan hasil kehamilan (bayi yang dilahirkan).
c.    Safety dan efficacy treatment komplikasi ibu dan bayi. Dengan menggunakan randomized clinical trial, peneliti menguji safety dan efficacy treatment obat betamimetic untuk menghentikan kelahiran premature. Dengan studi case-control, peneliti  mengkaji risiko lahir cacat pada obat yang digunakan selama perawatan kehamilan, seperti Bendectin digunakan untuk mengobati mual dan muntah. Dengan menggunakan epidemiologi deskriptif, peneliti melacak peningkatan prevalensi operasi Caesar. Dan dengan menggunakan studi cohort, peneliti mengukur dampak regionalisasi perawatan kehamilan terhadap peningkatan penggunaan unit perawatan intensif pada bayi baru lahir (neonatal).
d.    Risiko lingkungan dan perilaku terhadap reproduksi. Hal ini termasuk bahan kimia di tempat kerja yang mungkin mempengaruhi produksi sperma dan meningkatkan risiko aborsi spontan, merokok dan alcohol mempengaruhi hasil kehamilan dan bahan kimia yang terdapat di lingkungan juga mempengaruhi hasil kehamilan.
e.    Kajian tentang ancaman terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup perempuan dan anak dihubungkan dengan metode perencanaan kelahiran dan kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa  pertanyaan peneliti yang dikaji adalah sebagai berikut; apakah pemakaian IUD meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit radang panggul?, apakah aborsi mempengaruhi bayi yang dilahirkan berikutnya, dan apakah risiko kanker rahim meningkat atau menurun oleh penggunaan kontrasepsi oral?.
Dengan demikian, menurut Wingo et al. (1991), seorang epidemiolog reproduksi dapat melakukan kajian pada seluruh aspek kesehatan reproduksi, termasuk perkembangan seksual, aktivitas seksual, kontrasepsi, metode kontrasepsi, fertilitas, kehamilan yang tidak diinginkan, abortus yang disengaja, kesakitan dan kematian ibu dan bayi, masalah saluran reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan, dan pelayanan kesehatan ibu dan bayi serta keluarga berencana.

2.   Sekilas Sejarah Epidemiologi Reproduksi
Membincangkan sejarah epidemiologi kesehatan reproduksi, kita harus menilik kembali abad ke-19 di Wina ketika Ignaz Semmelweis menemukan kematian pada masa nifas (karena demam) lebih tinggi  pada perempuan yang pada saat melahirkan di rumah sakit, bayinya ditolong oleh mahasiswa kedokteran jika dibandingkan dengan ibu yang saat melahirkannya ditolong oleh bidan. Dia menghubungkan perbedaan ini pada kebiasaan bidan mencuci tangan mereka pada setiap antara menolong persalinan (McMahon dan Pugh dalam Wingo et al., 1991).
Epidemiologi reproduksi modern berkembang selama abad ke-20. Registrasi kelahiran dan kematian di USA sudah tertata pada awal abad ini, dan di Eropa pada abad 18 dan 19, melakukan identifikasi faktor risiko kematian ibu dan bayi. Kesehatan masyarakat melakukan pengukuran kemudian mendesain program untuk mengurangi faktor-faktornya. Seperti, penyediaan pos susu untuk ibu yang mempunyai bayi. Hal ini dilakukan ketika ditemukan ada hubungan antara kematian bayi dengan sanitasi dan gizi oleh Holland et al., 1984 dalam Wingo et al., 1991. Dengan pelaksanaan program intervensi tersebut, berdasarkan hasil kajian epidemiologi reproduksi, terjadi penurunan 95% kematian ibu di USA dari tahun 1915-1965. Dan di Swedia, angka kematian bayi juga turun dari 200 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1970 menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1950 (Wingo et al., 1991).

3.   Pengaruh Demografi dan Epidemiologi  
       Epidemiologi reproduksi juga berasal dari ilmu demografi, sebuah disiplin ilmu yang berkembang selama abad ke 19 dari studi registrasi jamaah gereja di Inggris. Sejarah perubahan kependudukan (transisi demografi) dan perubahan pola kesehatan dan penyakit (transisi epidemiologi) secara langsung mempengaruhi mortalitas, fertilitas, angka kelahiran, dan ukuran kesehatan reproduksi lainnya. Perubahan ini juga mempengaruhi kesehatan dan status perempuan, anak-anak dan keluarga
Teori transisi demografi menggambarkan tiga tahap pertumbuhan penduduk yang mengiringi perkembangan ekonomi Negara-negara Barat, yaitu:
a.    Potensi pertumbuhan tinggi. Pada tahap ini, tingkat kelahiran dan kematian tinggi pada level yang sama, sehingga pertumbuhan penduduk rendah. Jika mortalitas menurun pada tahap ini tanpa disertai penurunan fertilitas, jumlah penduduk akan meningkat secara cepat.
b.    Transisi. Pada tahap ini mulai dengan penurunan mortalitas sementara fertilitas tetap tinggi kemudian fertilitas bergeser turun sampai keduanya sama-sama pada tingkat yang rendah. Pada bagian awal tahap ini, pertumbuhan penduduk berpotensi tinggi, namun kemudian menurun.
c.    Mulai menurun. Pada akhir tahap ini, tingkat kelahiran dan kematian rendah dan relatif stabil. Fertilitas menurun pada level yang lebih rendah daripada tingkat kematian sehingga menghasilkan penurunan penduduk.
Meskipun transisi demografi memberi perspektif pada sejarah perubahan penduduk di negara Barat, teori ini tidak  secara lengkap menggambarkan dan menjelaskan pola perubahan penduduk di masyarakat non Barat atau di negara-negara Berkembang dimana faktor eksternal telah mempengaruhi penurunan tingkat mortalitas tanpa bersamaan dengan penurunan angka kelahiran.
Teori transisi epidemiologi menggambarkan perubahan pola kesehatan dan penyakit dengan fokus pada tingkat mortalitas dan fertilitas serta interaksi antara faktor sosial, ekonomi, demografi dan variabel kesehatan. Tiga tahap transisi epidemiologi paralel dan mempengaruhi tuga tahap transisi demografi, yaitu:
a.    Masa wabah dan kelaparan. Selama tahap ini, pravalensi penyakit endemik tinggi, status gizi buruk, dan infeksi penyakit serta kelaparan merajalela. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi, serta pertumbuhan penduduk rendah. Struktur keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga yang banyak, generasi dalam rumah tangga berlipat ganda dan gaya hidup dominan terpusat pada keluarga. Fungsi perempuan sebagai ibu tanpa hak atau tanggung jawab di luar rumah.
b.    Masa penurunan pandemi. Pada tahap ini, penyakit dan kelaparan menurun, angka mortalitas juga menurun, angka kelahiran naik, dan penduduk tumbuh. Keluarga besar masih banyak terutama di pedesaan tetapi keluarga inti menjadi lebih biasa ditemui di perkotaan. Perempuan mulai terlibat dalam aktivitas di luar rumah.
c.    Masa penyakit degeneratif dan penyakit akibat ulah manusia. Selama periode ini, kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan membaik. Penyakit infeksi dan kondisi gizi buruk menurun. Angka kelahiran turun dan jumlah penduduk stabil. Penyakit kronik seperti penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit yang disebabkan oleh paparan pekerjaan, menjadi penyebab utama kematian. Keluarga kecil sudah menjadi norma. Emansipasi perempuan meningkat dari peran tradisional menjadi lebih berpendidikan dan berorientasi karier.
4.   Penggunaan Methode Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi  
Metode epidemiologi digunakan untuk mendefinisikan masalah kesehatan reproduksi, menjelaskan penyebab masalah ini, menguji intervensi dan mengevaluasi program. Definisi masalah termasuk gambaran populasi yang terpengaruh, etiologi masalah kesehatan, identifikasi faktor risiko yang bisa diubah/dikendalikan dan melakukan surveilans untuk mendeteksi tren masalah. Pengurangan faktor risiko melalui intervensi tergantung pada penilaian yang akurat pada perbandingan safety dan efficacy intervensi dan treatmen yang diusulkan. Epidmeiologi analitik digunakan untuk menguji intervensi. Metode epidemiologi dan hasilnya digunakan untuk menilai apakah program berdasarkan intervensi dan treatmen yang tepat dan apakah program dan treatmen digunakan secara tepat. Cost-benefit analysis diaplikasikan untuk menentukan apakah intervensi menggunakan sumber daya terbaik yang tersedia.

Contoh 1
Proyek pendekatan risiko di Shunyi pada kesehatan perinatal (Yan et al., 1989) yang dilakukan di Kota Shunyi, Republik Rakyat Cina, menunjukkan bahwa metode epidemiologi diaplikasikan untuk definisi masalah, intervensi dan testing serta evaluasi program. Proyek pendekatan risiko untuk memperbaiki pelayanan kesehatan perinatal mulai pada tahun 1983 dan berlangsung selama 5 tahun.

Definisi Masalah
Peneliti mengumpulkan data 1914 perempuan hamil dan 1928 bayinya serta 50 kasus kematian perinatal. Diantara masalah lainnya, peneliti menemukan bahwa 151 per 1000 perempuan mengalami hypertensi selama kehamilannya dan 1 per 1000 mengalami eklampsia. Angka kematian perinatal pada bayi yang lahir dari perempuan tersebut meningkat. Seperti, kematian perinatal pada bayi yang lahir dari perempuan yang mengalami hypertensi ringan selama kehamilannya adalah 4,6 per 1000 kelahiran atau 2 kali lebih besar dibandingkaan dengan kehamilan tanpa komplikasi karena gangguan ini. Angka kematian bayi yang lahir dari perempuan yang mengalami hipertensi lebih buruk lagi yaitu 10,8 per 1000 kelahiran.

Intervensi dan Testing
Untuk menurunkan insiden pre eklampsia, eklampsia dan kematian perinatal karena gangguan hypertensi selama kehamilan, peneliti memulai sejumlah intervensi pada tahun 1985. Mereka mendidik pasien tentang pentingnya istirahat, gizi yang tepat dan tanda-tanda serta gejala eklampsia. Pada perempuan yang berisiko tinggi dibutuhkan setiap minggu atau dua minggu sekali melakukan pengukuran tekanan darah. Peneliti juga memberikan pelatihan pada petugas pelayanan kesehatan dan mengajari dokter desa untuk mengukur tekanan darah dan mengecek peralatannya. Praktisi di rumah sakit kota diajari bagaimana mendiagnosa dan mengobati gangguan hypertensi, membuat rujukan yang tepat ke rumah sakit kabupaten dan mengikuti protokol yang telah disusun untuk monitoring pada semua perempuan yang hamil.

Evaluasi Program
Peneliti melakukan surveilans untuk menilai dampak intervensi. Dari tahun 1984-1986, insiden pre eklampsia menurun dari 1,8 menjadi 0,4% dan kematian perinatal pada perempuan yang mengalami komplikasi gangguan ini menurun dari 10,8 per 1000 kelahiran menajdi 0. Tim peneliti menyimpulkan bahwa, intervensi program sudah sukses besar dalam menurunkan kesakita ibu dan bayi serta kematian karena gangguan hipertensi saat kehamilan.

Pustaka
1.   Wingo, P. A., Higgins, J. E., Rubin, G. L., Zahniser, S. C., 1991. An Epidemiologic Approach to Reproductive Health. Atlanta Georgia USA, North Carolina USA, Geneva Switzerland: CDC-FHI-WHO.
2.   Kyeli, M. 1991. Reproductive and Perinatal Epidemiology. Boston: CRC Press
3.   Yan  RY, McCarthy BJ, Ye HF, et al. 1989. The risk approach in perinatal Health: Shunyi County, People’s republic of China. Atlanta, Georgia: Center for Disease Control (World Health Organization Collaborating Center in Perinatal Care and Health Service Research in maternal and Child Health).